Senin, 16 Januari 2012

Tanaman Penyerap Karbon Dioksida

Tanaman merupakan penyerap karbondioksida (CO2) di udara. Bahkan beberapa diantara tanaman-tanaman itu sangat jago, mempunyai kemampuan besar, untuk menyerap karbondioksida (CO2). Pohon trembesi (Samanea saman), dan Cassia (Cassia sp) merupakan salah satu contoh tumbuhan yang kemampuan menyerap CO2-nya sangat besar hingga mencapai ribuan kg/tahun.

Sebagaimana diketahui, tumbuhan melakukan fotosistesis untuk membentuk zat makanan atau energi yang dibutuhkan tanaman tersebut. Dalam fotosintesis tersebut tumbuhan menyerap karbondioksida (CO2) dan air yang kemudian di rubah menjadi glukosa dan oksigen dengan bantuan sinar matahari. Kesemua proses ini berlangsung di klorofil. Kemampuan tanaman sebagai penyerap karbondioksida akan berbeda-beda.
Banyak faktor yang mempengaruhi daya serap karbondioksida. Diantaranya ditentukan oleh mutu klorofil. Mutu klorofil ditentukan berdasarkan banyak sedikitnya magnesium yang menjadi inti klorofil. Semakin besar tingkat magnesium, daun akan berwarna hijau gelap.
Daya serap karbondioksida sebuah pohon juga ditentukan oleh luas keseluruhan daun, umur daun, dan fase pertumbuhan tanaman. Selain itu, Pohon-pohon yang berbunga dan berbuah memiliki kemampuan fotosintesis yang lebih tinggi sehingga mampu sebagai penyerap karbondioksida yang lebih baik. Faktor lainnya yang ikut menentukan daya serap karbondioksida adalah suhu, dan sinar matahari, ketersediaan air.
Trembesi Juara Pohon Penyerap Korbondioksida. Adalah Endes N. Dahlan, seorang dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor yang melakukan penelitian daya serap karbondioksida pada berbagai jenis pohon. Penelitian yang dilakukan pada 2007-2008 memberikan hasil bahwa trembesi (Samanea saman) terbukti menyerap paling banyak karbondioksida. Dalam setahun, trembesi mampu menyerap 28.488,39 kg karbondioksida.

Selain pohon trembesi, didapat juga berbagai jenis tanaman yang mempunyai kemampuan tinggi sebagai tanaman penyerap karbondioksida(CO2). Pohon-pohon itu diantaranya adalah cassia, kenanga, pingku, beringin, krey payung, matoa, mahoni, dan berbagai jenis tanaman lainnya.
Daftar Pohon Penyerap Karbondioksida. Berikut merupakan daftar tanaman yang mempunyai daya serap karbondioksida yang tinggi berdasarkan hasil riset Endes N. Dahlan. (No, nama pohon, nama latin, daya serap).
1.     Trembesi, Samanea saman28.488,39 kg/tahun
2.     Cassia, Cassia sp, 5.295,47 kg/tahun
3.     Kenanga, Canangium odoratum, 756,59 kg/tahun
4.     Pingku, Dyxoxylum excelsum, 720,49 kg/tahun
5.     Beringin, Ficus benyamina, 535,90 kg/tahun
6.     Krey payung, Fellicium decipiens, 404,83 kg/tahun
7.     Matoa, Pometia pinnata, 329,76 kg/tahun
8.     Mahoni, Swettiana mahagoni, 295,73 kg/tahun
9.     Saga, Adenanthera pavoniana, 221,18 kg/tahun
10.           Bungur, Lagerstroemia speciosa, 160,14 kg/tahun
11.           Jati, Tectona grandis, 135,27 kg/tahun
12.           Nangka, Arthocarpus heterophyllus, 126,51 kg/tahun
13.           Johar, Cassia grandis, 116,25 kg/tahun
14.           Sirsak, Annona muricata, 75,29 kg/tahun
15.           Puspa, Schima wallichii, 63,31 kg/tahun
16.           Akasia, Acacia auriculiformis, 48,68 kg/tahun
17.           Flamboyan, Delonix regia, 42,20 kg/tahun
18.     Sawo Kecik, Maniilkara kauki, 36,19 kg/tahun
19.           Tanjung, Mimusops elengi, 34,29 kg/tahun
20.           Bunga merak, Caesalpinia pulcherrima, 30,95 kg/tahun
21.           Sempur, Dilenia retusa, 24,24 kg/tahun
22.           Khaya, Khaya anthotheca, 21,90 kg/tahun
23.           Merbau pantai, Intsia bijuga, 19,25 kg/tahun
24.           Akasia, Acacia mangium, 15,19 kg/tahun
25.           Angsana, Pterocarpus indicus, 11,12 kg/tahun
26.           Asam kranji, Pithecelobium dulce, 8,48 kg/tahun
27.           Saputangan, Maniltoa grandiflora, 8,26 kg/tahun
28.           Dadap merah, Erythrina cristagalli, 4,55 kg/tahun
29.           Rambutan, Nephelium lappaceum, 2,19 kg/tahun
30.           Asam, Tamarindus indica, 1,49 kg/tahun
31.           Kempas, Coompasia excelsa, 0,20 kg/tahun
Tumbuhan-tumbuhan tersebut adalah jagoan penyerap karbondioksida berdasarkan riset yang dilakukan oleh Endes N. Dahlan yang dipublish awal 2008. Tidak menutup kemungkinan masih terdapat pohon-pohon lain yang mempunyai kemampuan daya serap karbondioksida yang lebih tinggi.
Namun, upaya yang dilakukan Endes N. Dahlan ini patut kita acungi jempol yang membuat kita dapat lebih tepat memilih tanaman yang mempunyai kemampuan ekstra sebagai penyerap karbondioksida dalam upaya mengurangi polusi udara dan mengurangi dampak pemanasan global.

Selasa, 15 Maret 2011

Skygers: Cisomang Bridge In Action

Skygers: Cisomang Bridge In Action: "Jembatan Cisomang berlokasi di Desa Cisomang, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Jembatan ini digunakan untuk ..."

Kamis, 10 Maret 2011

METALIK GELAR AKSI MEMPERINGATI HARI BUMI DI SEPUTARAN SIMPANG LIMA

Mahasiswa Pencinta Alam dan Lingkungan Hidup Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala (UKM PA-LH METALIK FE UNSYIAH) pada hari Selasa 8 maret 2011 melakukan aksi diam dalam rangka memperingati Hari  Energi se-Dunia yang jatuh pada tanggal 5 Maret . dalam aksi tersebut mereka mengusung spanduk yang bertuliskan “Revolusi Energi”. Aksi yang mengambil tempat di bundaran Simpang Lima Kota Banda Aceh, cukup menarik simpati sebagian pengguna jalan di seputaran Simpang Lima tersebut. Tujuan dari digelarnya aksi diam “Revolusi Energi” ini tidak lain adalah sebagai sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya sebuah revolusi energi bagi umat manusia demi kemaslahatannya di masa yang akan datang.
Penggunaan bahan bakar fosil,batu bara dan sebagainya bukan hanya mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan dan ketidak seimbangan alam akan tetapi juga berakibat pada ketergantungan manusia pada sumber daya alam yang bersifat langka atau tidak bisa diperbaharui, maka mulai sekaranglah pemerintah dan seluruh elemen masyarakat harus mencari, pengganti utnuk menggunakan sumber energi alternatif yang bersifat lebih efektif dan efisien, guna keperluan energi saat ini dan di masa mendatang bagi masa depan umat manusia.

Pola kehidupan manusia saat ini yang tidak memperdulikan pentingnya hemat energi adalah salah satu bentuk kurangnya sosialisasi dari pemerintah terhadap pentingnya budaya hemat energi dan diperlukannya energi baru yang ramah akan lingkungan di kalangan masyarakat, pemerintah cenderung lebih diam terhadap permasalahaan lingkungan,dan hanya membuat kebijakan kebijakan yang sifatnya kemudian berjalan di tempat.

Bertolak ukur dari pemikiran tersebut aktivis pencinta alam dari UKM-PA LH METALIK yang tergerak dalam aksi yang berlangsung selama 30 menit, ingin lebih jauh mengungkapkan bahwa menjaga lingkungan bukanlah mutlak kewajiban pihak-pihak yang terkait akan tetapi adalah tanggung jawab setiap orang untuk itu diperlukan kesadaran masyarakat akan pentingnya hemat energi, perubahan bentuk konsumsi energi,serta kesadaraan menjaga lingkungan. Harapan yang muluk juga sangat diinginkan semoga masyarakat dapat mengambil pesan moral terhadap lingkungan guna mencapai kemakmuran dan pola hidup yang lebih baik nantinya.
H METALIK FE UNSYIAH) pada hari Selasa 8 maret 2011 melakukan aksi diam dalam rangka memperingati Hari Bumi se-Dunia yang jatuh pada tanggal 5 Maret . dalam aksi tersebut mereka mengusung spanduk yang bertuliskan “Revolusi Energi”. Aksi yang mengambil tempat di bundaran Simpang Lima Kota Banda Aceh, cukup menarik simpati sebagian pengguna jalan di seputaran Simpang Lima tersebut. Tujuan dari digelarnya aksi diam “Revolusi Energi” ini tidak lain adalah sebagai sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya sebuah revolusi energi bagi umat manusia demi kemaslahatannya di masa yang akan datang.

Penggunaan bahan bakar fosil,batu bara dan sebagainya bukan hanya mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan dan ketidak seimbangan alam akan tetapi juga berakibat pada ketergantungan manusia pada sumber daya alam yang bersifat langka atau tidak bisa diperbaharui, maka mulai sekaranglah pemerintah dan seluruh elemen masyarakat harus mencari, pengganti utnuk menggunakan sumber energi alternatif yang bersifat lebih efektif dan efisien, guna keperluan energi saat ini dan di masa mendatang bagi masa depan umat manusia.

Pola kehidupan manusia saat ini yang tidak memperdulikan pentingnya hemat energi adalah salah satu bentuk kurangnya sosialisasi dari pemerintah terhadap pentingnya budaya hemat energi dan diperlukannya energi baru yang ramah akan lingkungan di kalangan masyarakat, pemerintah cenderung lebih diam terhadap permasalahaan lingkungan,dan hanya membuat kebijakan kebijakan yang sifatnya kemudian berjalan di tempat.

Bertolak ukur dari pemikiran tersebut aktivis pencinta alam dari UKM-PA LH METALIK yang tergerak dalam aksi yang berlangsung selama 30 menit, ingin lebih jauh mengungkapkan bahwa menjaga lingkungan bukanlah mutlak kewajiban pihak-pihak yang terkait akan tetapi adalah tanggung jawab setiap orang untuk itu diperlukan kesadaran masyarakat akan pentingnya hemat energi, perubahan bentuk konsumsi energi,serta kesadaraan menjaga lingkungan. Harapan yang muluk juga sangat diinginkan semoga masyarakat dapat mengambil pesan moral terhadap lingkungan guna mencapai kemakmuran dan pola hidup yang lebih baik nantinya.

Writted by Khairul Ikhwan
Edited by Iepah

Senin, 07 Maret 2011

Pengantar JIwa Pangrango - Mandalawangi

oh Pangrango- Mandalawangi.........
bawa aku dalam sepi dan dinginmu.........
selimuti aku dengan kabutmu.......
hantarkan aku menemukan sebuah kedamaian jiwa.........

oh Panggarango - Mandalawangi..........
dekap aku dalam kedamaian jiwa......
biarkan aku hirup udara segarmu........
apapun itu...
hantarkan aku dalam kedamaian jiwa........

oh Pangrango- Mandalawangi.....
waluapun kaki ku belum menjamah bumimu...
walaupun mata jiwaku belum merasakan belaianmu
tapi aku sangat merindukan kedamaian jiwa darimu.........
tunggu aku...iringa aku untuk melangkah kepadamu...










Kamis, 03 Maret 2011

Survival

      S : Sadar dalam keadaan gawat darurat
      U : Usahakan untuk tetap tenang dan tabah
      R : Rasa takut dan putus asa hilangkan
      V : Vitalitas tingkatkan
      I : Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya
      V : Variasi alam bisa dimanfaatkan
      A : Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya
      L : Lancar, slaman, slumun, slamet

hmmm......mo belajar tentang survival ???
disini setidaknya bisa membantu anda  .........

Rabu, 02 Maret 2011

Puisi Soe Hok Gie



Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekah.
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza.
Tapi, aku ingin habiskan waktuku di sisimu, sayangku.
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
Atau tentang bunga-bunga yang
manis di lembah Mendalawangi.

Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di Danang.
Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra.
Tapi aku ingin mati di sisimu, manisku.
Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya.
Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu.
Mari sini, sayangku.
Kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku.
Tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung.
Kita tak pernah menanamkan apa-apa,
kita takkan pernah kehilangan apa-apa.

(CSD, Selasa, 11 November 1969)

Note: 15 Desember 1969, Soe Hok Gie bersama kawan-kawannya Herman Lantang, Abdul Rahman, Idhan Lubis, Aristides Katoppo, Rudy Badil, Freddy Lasut, Anton Wiyana berangkat menuju Puncak Semeru melalui kawasan Tengger. Soe Hok Gie ingin bisa merayakan ulang tahunnya yang ke 27 di atap tertinggi Pulau Jawa tersebut. Tanggal 16 Desember, di tengah angin kencang di ketinggian 3.676 meter (dari atas permukaan laut), Hok Gie, Idhan, Rahman terserang gas beracun. Hok Gie dan Idhan berada dalam posisi yang tidak menguntungkan dan nyawa mereka tidak sempat tertolong.

Bagi Soe Hok Gie, gunung adalah tempat untuk menguji kepribadian dan keteguhan hati seseorang. Ia juga mengatakan: “Hanya di puncak gunung aku merasa bersih.” Tapi lebih dari itu, kecintaannya pada alam adalah bagian penting dari kejiwaan cinta-Tanah Airnya.


Senin, 14 Februari 2011

METALIK KIBARKAN BENDERA DI PUNCAK ABONG-ABONG



TAKENGON - Setelah menempuh perjalanan selama 16 hari, tim Ekspedisi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Pencinta Alam dan Lingkungan Hidup (Metalik) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) mencapai puncak tertinggi gunung Abong-Abong, Kecamatan Jagong Jeget, Kabupaten Aceh Tengah.  Tim pencinta alam itu dapat menancapkan bendera Metalik di Puncak Gunung Abong-Abong pada ketinggian 2.961 meter dari permukaan laut (dpl) pada Sabtu (23/1), sekitar pukul 12.30 WIB. 
Ketua Tim Ekspedisi, Miswar alias Ambon, Minggu (24/1) mengatakan, keberhasilan mencapai puncak Abong-Abong merupakan prestasi yang didambakan para pecinta alam ini. Sejak tahun 1997, tim Metalik Unsyiah telah lima kali mencoba mencapai puncak Abong-Abong yang sering disebut Puncak P 127.
Pada puncak Abong-Abong itu, terdapat sebuah tugu dari beton yang dibangun kolonial Belanda, dan terdapat tulisan P 127, sehingga disebut Puncak P 127. “Kami telah mencoba mendaki dari berbagai rute untuk mencapai puncak P 127, namun baru sekarng berhasil,” ujar Miswar. Pada ekspedisi sebelumnya, kata Miswar, tim selalu gagal akibat faktor logistik yang tidak mencukupi, selain kesulitan medan yang ditempuh. Tim ekspedisi kali ini beranggotakan 10 orang telah melakukan persiapan matang selama tiga bulan sebelum keberangkatan. Selain melakukan persiapan fisik, tim juga menyiapkan logistik dalam jumlah yang cukup banyak. Tim mulai melakukan perjalanan pada 7 Januari dan mencapai Puncak P 127 23 Januari 2010, pukul 12.30 WIB.
Keberhasilan ekspedisi kali ini juga disebabkan banyaknya dukungan dari berbagai pihak, di antaranya Dekan Fakultas Ekonomi Unsyiah, Prof Dr Radja Masbar MSc, Pemkab Aceh Tengah, dan masyarakat sekitar yang berada di kawasan kaki gunung Abong-Abong.  Radja Masbar sendiri memberikan apresiasi yang cukup poasitif, dengan keberhasilan tim Metalik mencapai puncak Abong-abong. Menurutnya, apa pun kegiatan mahasiswa yang bersifat positif, harus didukung semaksimal mungkin.